Jakarta, Kunci sukses program diet bukan terletak pada perut melainkan pada mata. Diet akan lebih sukses jika yang pertama kali dilihat saat membuka lemari es adalah sayuran dan buah segar, bukan minuman bersoda atau camilan yang tidak sehat.
Dr Brian Wansink, peneliti dari American Psychological Association mengatakan bahwa seseorang dapat mengurangi berat badan hingga 0,9 kg dalam waktu sebulan hanya dengan menyusun isi kulkas sesuai urutan yang benar. Makanan yang sehat harus diletakkan pada posisi paling mudah dilihat.
Secara naluriah, tubuh cenderung lebih banyak mengonsumsi makanan yang selalu dilihat pada kesempatan pertama. Tak heran, orang sering gagal berdiet hanya karena meletakkan makanan bergula dan berlemak di posisi paling atas sementara buah justru di paling bawah.
Kecenderungan ini muncul di luar kesadaran, artinya baru terjadi jika seseorang sedang memikirkan hal lain ketika membuka isi kulas. Lapar atau tidak, menurut Dr Wansink otak akan mendorong seseorang untuk mengambil dan menyantap makanan yang pertama kali tertangkap oleh mata.
Dalam diet, mata sebagai indra penglihatan memang memegang peran penting yang disebut rangsang visual. Sebuah penelitian pernah mengungkap, seseorang cenderung makan dalam porsi lebih besar ketika makan dengan sendok kecil dibandingkan ketika makan dengan sendok besar.
Penelitian lain di Cornell University mengatakan, ukuran gelas juga berpengaruh ketika mengonsumsi minuman bergula. Dengan gelas yang pendek dan bermulut lebar, seseorang cenderung minum dengan porsi 37 persen lebih banyak dibandingkan ketika memakai gelas kecil dan memanjang.
Selain rangsang visual, faktor lain yang mempengaruhi porsi makan menurut Dr Wansink adalah tempat makan. Berbagai penelitian membuktikan, seseorang cenderung makan lebih banyak saat makan di depan TV atau komputer dibanding saat makan di meja makan.
"Kebanyakan dari kita sibuk memikirkan apa yang kita makan secara sadar, sehingga melupakan hal-hal yang tanpa disadari turut mempengaruhi nafsu makan maupun rasa kenyang," ungkap Dr Wansink seperti dikutip dari Telegraph, Senin (8/8/29011).
Sumber : detikhealth